Menjauhnya Religiusitas pada Usia Remaja
Latar Belakang Masalah
Remaja adalah kedewasaan yang sudah tumbuh serta kematangan berfikir secara seksual yang mulai terlihat akan tetapi. Tanggungjawab yang masih di peroleh terkadang suka mengecewakan karena tidak dilaksanakan sesuai dengan harapan, pemberian tugas tanpa pengawasan orangtua mungkin akan berujung kekecewaan. Disebabkan masih banyaknya rasa ingin bebas dan mengabaikan, padahal status remaja seharusnya sudah mengetahui cara bersikap yang baik, perbuatan, dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan. (Gunarsa,1997)
Remaja seharusnya tidak lagi mengutamakan kesenangan semata melainkan harus mempertimbangakan segala perbuatan yang mereka lakukan termasuk dalam hal beribadah. Dikarenakan pada masa remaja sangat mengutamakan kesenangan, padahal religiusitas merupakan hal yang seharusnya dapat di imbangi dalam kehidupan. Keinginan untuk mengabaikan dirinya pada kegiatan religiusitas sangat tinggi pada masa remaja khususnya dalam kelompok remaja sendiri, banyak hal yang membuat remaja menjauh dari kegiatan bersifat religiusitas (Tumanggor,2014).
Menurut Mangunwidjaya (dikutip dalam Muzakkir, 2013) agama menunjukkan kepada kelembagaan yang mengatur tata penyembuhan manusia kepada tuhan. Sedangkan religiusitas berasal dan selalu ada dari lubuk hati manusia, kemudian lebih melihat aspek kualitas dari manusia yang beragama.
Berdasarkan Crapps (1993/1995) psikologi agama memusatkan perhatian pada lingkup dampak kegiatan dan ide gagasan keagamaan bagi penjagaan, pemeliharaan dan pelestarian watak dan budaya manusia. Kemudian psikologi agama tidak membahas mendalam tentang agama itu sendiri, tetapi bagaimana agama berperan dalam hidup manusia atau kelompok. Serta kebenaran dan peran agama dalam hidup manusia secara kelompok ataupun pribadi.
Dapat dikatakan bahwa dalam hal psikologi agama bukan membahas tentang agama itu secara mendalam namun bagaimana orang itu berperan dalam agama mereka. Peranan agama sendiri khususnya pada remaja masih minim atau sedikit, dan masih banyak remaja yang menjauh dari hal-hal yang bersifat religiusitas. Menurut Tamanggor (2014) penyebab yang membuat mereka menjauh dari religiusitas yaitu (a) pergaulan, (b) lupa waktu, (c) kepribadian , (d) dorongan orangtua.
Penyebab para remaja menjauh dari religiusitas
Pergaulan. Berdasarkan Gunarsa (1997) pergaulan merupakan hubungan yang meliputi tingkah laku individu yang lebih dari pada seorang individu, dan merupakan hal yang tidak dapat di hidari. Akan tetapi pergaulan sendiri bisa menimbulkan persoalan yang mengkibatkan timbul kesulitan dalam kelancaran hidup seseorang. Tentunya dalam hal ibadah pergaulan juga memiliki peranan yang sangat besar. Disaat seseorang ingin melakukan ibadah kemudian ada teman yang menghasut hal itu dapat menimbulkanhal negatif bagi seseorang yang ingin beribadah.
Lupa waktu. Menurut Tamanggor (2014) lupa akan waktu merupakan salah satu problem yang membuat ibadah seseorang menjadi terbengkalai, dikarenakan remaja-remaja lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan religion. Hal ini dipicu dari kesepelan terhadap waktu yang terkadang lebih mementingkan pekerjaan yang mereka sedang kerjakan dari pada beribadah tepat waktu, menunda-nunda saat menjelang beribadah. Tanpa di sadari penundaan pada waktu tidak baik untuk seterusnya, hal ini memiliki dampak. Dampak yang didapatkan terbiasanya lupa akan waktu dan tidak mencoba untuk memperbaikinya.
Kepribadian. Menurut Fachrudin (2011) kepribadian merupakan hal yang paling penting di kalangan masyarakat yang maju ataupun tidak, kepribadian sendiri dibentuk bukan hanya dari pendidikan. Namun hal yang paling mendasar yaitu agama, karena agama pendoman sejak kita dilahirkan, dan dari situlah kita diberitahu perilaku yang baik dan yang kurang baik. Kemudian benar atau salah dalam suatu tindakan, hal itu sangat berpengaruh untuk kepribadian para remaja. Sehingga agama sangat membantu para remaja dalam membentuk kepribadian.
Dorongan orangtua. Menurut Fachrudin (2011) dorongan orangtua sangat berperan penting dalam kehidupan seorang remaja, bukan hanya dalam membentuk kepribadian saja namun dari pembentukan religiusitas mereka. Sesuai dengan keyakinan yang dianut para pemeluk agama masing-masing, kemudian orangtua juga harus memberikan contoh kepada anak remaja bahwa beribadah merupakan hal yang benar-benar penting. Bukan hanya menyuruh anak remaja mereka beribadah namun mereka tidak beribadah. Seharusnya orang tualah yang memberikan contoh terlebih dahulu atau mengajak anak mereka untuk beribadah.
Faktor-faktor untuk meningkatkan religiusitas di usia remaja
Menurut Tumanggor (2014) faktor yang dapat dilakukan untuk membuat para remaja meningkatkan ibadah mereka yaitu: (a) orangtua lebih meluangkan waktu beribadah bersama dengan mengajak para remaja ke tempat ibadah masing-masing ; (b) mengingatkan mereka akan waktu beribadah ; (c) memberi nasihat kepada para remaja bahwa beribadah sangat penting dalam kehidupan dan pemilihan dalam pergaulan juga berpengaruh.
Simpulan
Jadi simpulan yang saya dapatkan dari karya tulis ini, bahwa para remaja dalam religiustitas masih banyak yang kurang untuk beribadah, ada penyebab yang memengaruhi mereka dalam hal religiustitas. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi religiusitas para remaja seperti keluarga dan lingkungan sekitar.
Keluarga adalah lingkungan pertama yang mengajarkan tentang nilai dan norma agama. Namun, jika keluarga tidak memberikan contoh secara nyata, maka para remaja akan mencontoh tindakan orangtua yang kurang menunjukkan sikap religiusitas. Faktor lingkungan juga memengaruhi religiusitas para remaja karena dorongan dari lingkungan dapat memengaruhi pemikiran mereka dan menganggap jika orang terdekat tidak melakukan hal yang religiustitas maka para remaja tidak perlu melakukan hal tersebut. Inilah yang membuat kepribadian remaja menjadi negatif, para remaja akan merasa hidup bebas dan tidak mengikuti peraturan-perturan yang sudah diterapkan agama. Dengan demikian membuat religiusitas dan remaja menjadi menjauh dan lebih menyukai hal-hal yang bersifat duniawi. Padahal bimbingan dalam religiusitas saat remaja sangat dibutuhkan untuk memberikan para remaja kebiasaan yang baik hingga mereka dewasa. Kemudian faktor waktu juga dapat membuat remaja menjauh dari religiusitas, karena banyak para remaja yang belum mementingkan waktu beribadah dan lebih memilih menghabiskan waktu untuk bekerja dan bermain.
Daftar Pustaka
Crapps,R.W.(1995). Dialog psikologi dan agama (A.M.Hardjana, penerj). Yogyakarta: Kanisius. (karya asli diterbitkan pada 1993)
Fachrudin.(2011). Peranan pendidikan agama dalam keluarga terhadap pembentukan kepribadian anak-anak. Pendidikan agama, 9(1), 2-3.
Gunarsa,S.D.(1997). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta : Gunung Mulia.
Muzakkir.(2013). Hubungan religiusitas dengan perilaku prososial mahasiswa angkatan 2009/2010 fakultas tarbiyah dan keguruan UIN alauddin Makasar. Diskusi islam, 1(3),8.
Tumanggor,R.(2014). Ilmu jiwa agama. Jakarta : Kencana.
.